Prof. Dr. Eng. Adi Maulana, ST.M.Phil.
Kepala Pusat Studi Kebencanaan Universitas Hasanuddin, Makassar

Peta Sebaran Sejarah Titik Gempa di Pulau Sulawesi

Peta Sebaran Sejarah Titik Gempa di Pulau Sulawesi

Kejadian bencana di Indonesia secara umum mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tahun 2020, terjadi sebanyak lebih 2939 kali bencana di Indonesia. Hal itu berarti rata-rata setiap bulannya terjadi sekitar 245 kali bencana, setiap minggu sekitar 56 kali dan setiap hari 8 kali bencana di Indonesia. Bulan ini masih bulan Januari, tetapi bencana besar sudah terjadi, datang silih berganti dari Banjir Aceh, Gempa Sulawesi Barat, Banjir Kalimantan Selatan, dan Erupsi Semeru. Ini belum termasuk bencana-bencana skala menengah dan kecil lainnya.

Di saat yang sama, kita masih berjuang untuk mengatasi pandemi Covid-19 yang masih terus meningkat. Walaupun vaksinasi telah dimulai, tetapi kita masih belum bisa memastikan kapan pandemi ini akan berakhir. Beberapa ahli bahkan menyimpulkan, kita masih terus akan hidup dengan Covid-19 dalam waktu yang lama.

Sudah bisa dipastikan bahwa konsentrasi penanganan bencana baik itu finansial, sumberdaya manusia sampai dengan kebijakan dimasa pandemi ini di fokuskan untuk Covid-19. Kita tentu saja terus berharap, bahwa bencana alam besar seperti gempa bumi, banjir dan letusan gunungapi lainnya tidak akan terjadi, setidaknya dalam waktu dekat ini.

Namun hal tersebut tentu saja bukan merupakan jaminan, karena tidak ada mekanisme satupun di dunia ini untuk menghentikan terjadinya bencana alam, terutama gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api serta kebakaran hutan yang memang berpotensi besar terjadi di beberapa wilayah di Indonesia.

Minimnya tingkat literasi bencana dari masyarakat kita dan rendahnya kualitas infrastruktur kebencanaan menambah tingkat kerentanan dan dampak dari multibencana. Dalam situasi normal tanpa pandemi saja, prokes untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 seperti 3M masih sulit untuk dipatuhi seluruh elemen masyarakat, apalagi disaaat situasi sulit pasca bencana dipengungsian dengan fasilitas hidup dan fasilitas kesehatan yang sangat terbatas. Bencana alam selalu meninggalkan elegi atau nada duka yang panjang bagi masyarakat penyintas.

Berangkat dari skema kondisi terburuk terjadinya multibencana (bencana alam dimasa pandemi), ada beberapa strategi yang menurut hemat kami dapat dilakukan untuk mengatasi dampak dari terjadinya multibencana terutama di daerah yang menjadi episentrum Covid-19 sekaligus merupakan daerah rawan bencana alam yaitu sebagai berikut;

  1. Penguatan institusi pemerintah
    Pemerintah pusat maupun daerah sudah dipastikan melakukan refocussing semua sumber daya yang ada untuk mengatasi Covid-19. Namun, pemerintah pusat harus terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan lembaga-lembaga pemerintah lainnya agar bersiap untuk menghadapi terjadinya bencana alam. BNPB dan BPBD harus terus berkoordinasi dengan Lembaga pemerintah lainnya yang mempunyai fasilitas untuk deteksi dini bencana seperti BMKG, BIG dan PVMBG. Lembaga penelitian maupun institusi Pendidikan tinggi juga merupakan pihak yang harus diikutsertakan untuk menguatkan institusi pemerintah dalam penanganan multibencana. Mekanisme koordinasi harus lebih ditingkatkan sehingga peringatan dini bisa lebih diandalkan untuk keperluan mitigasi, terutama di daerah-daerah langganan bencana alam, seperti banjir, gempa bumi, letusan gunungapi dan tsunami. Fleksibilitas penggunaan dana desa dalam menghadapi multibencana harus dilakukan dengan tetap menjunjung tinggi transparansi dan pengawasan. Fungsi dan peran Lembaga RT, RW dan lurah sangat vital dalam kondisi menghadapi multibencana. Diharapkan dengan koordinasi yang kuat, penanganan multibencana bisa semakin cepat dan tepat, sehingga kalaupun bencana alam terjadi, korban bisa diminimalkan karena upaya mitigasi telah dilakukan.
  2. Penataan logistik dan infrastruktur
    Salah satu sifat karakteristik dari bencana alam yaitu sifatnya yang merusak infrastruktur, baik itu infrastruktur transportasi maupun komunikasi. Akibatnya, kerap kali disetiap bencana terjadi kelangkaan logistik yang disebabkan oleh terputusnya jaringan transportasi dan komunikasi yang berujung pada tidak adanya pasokan bahan makanan atau logistik serta bahan bakar minyak (BBM). Kondisi ini menyebabkan penderitaan yang dialami oleh korban akan semakin sulit dan pada umumnya mengakibatkan terjadinya kepanikan, penjarahan, bahkan munculnya tindakan kriminal lainnya. Oleh sebab itu, sangat penting untuk memastikan bahwa penataan rantai pasok logistik dan infrastruktur di daerah yang rawan bencana telah tertata dengan baik. Pemerintah daerah harus siap dengan sumber energi listrik cadangan (genset) dan sarana komunikasi alternatif (sambungan telepon satellite) yang sewaktu-waktu dapat langsung difungsikan pada saat terjadi bencana.
  3. Perekrutan atau pengerahan relawan
    Dapat dipahami bahwa ditengah kondisi pandemi ini, perekrutan atau pengerahan relawan akan sangat terbatas. Masing-masing individu pasti berfikir keras untuk menjadi relawan ditengah pandemi. Namun, kondisi ini bisa dialihkan dengan melakukan perekrutan melalui daring atau online recruitment. Relawan-relawan ini kemudian diberikan training atau pelatihan secara online yang free dilengkapi dengan sertifikat tentang bagaimana penanganan multibencana, dari materi pra bencana, tanggap darurat sampai dengan materi pasca bencana. Diharapkan training ini akan meningkatkan kompetensi dan kesiapan mereka ketika terjadi multibencana. Yang terpenting juga bagaimana mereka diberikan bekal pengetahuan tentang Covid-19 (cara penyebaran dan bagaimana cara memutus rantai penyebarannya), bagaimana untuk bekerja dengan menggunakan Alat Pelindung Diri. Para relawan juga akan berperan dalam mengkomunikasikan hal-hal penting terkait bencana seperti tata cara evakuasi, keberadaan dapur umum dan yang paling penting untuk mencegah penyebaran Covid-19 di daerah pengungsian. Langkah perekrutan relawan ini sangat penting dilakukan terutama di daerah-daerah yang dipetakan termasuk dalam wilayah yang rawan bencana. Perlu diberikan pemahaman tentang bagaimana kerja-kerja sosial dilakukan dengan tetap mengedepankan protocol Covid-19.
  4. Penyediaan tempat evakuasi dan penampungan sementara
    Langkah ini akan sangat penting bagi daerah-daerah yang rawan bencana, seperti gempa bumi, tsunami, letusan gunung api dan banjir maupun bencana hidrometeorologi seperti banjir dan kebakaran hutan. Untuk memutus penyebaran Covid-19, salah satu Langkah yang efektif adalah dengan cara social distancing atau jaga jarak. Dalam hal terjadi bencana alam, penyediaan tempat evakuasi dan penampungan yang sesuai dengan protocol Covid-19 menjadi sangat penting. Hotel-hotel, penginapan dan asrama milik pemerintah maupun swasta yang dalam masa pandemi ini kosong, harus dipersiapkan sebagai tempat evakuasi bagi korban bencana alam. Fasilitas-fasilitas pemerintah yang mampu mengakomodir masyarakat dalam jumlah besar dengan tetap mengikuti protokol Covid-19 seperti social distancing harus segera dipersiapkan.
  5. Peningkatan kesiapsiagaan individu
    Dalam masa pandemi Covid-19 yang membatasi pergerakan sosial secara besar, sangat penting untuk selalu meningkatkan kesiapsiagaan individu. Salah satunya adalah terus update dengan informasi-informasi penting melalui perangkat komunikasi dengan memonitoring informasi melalui situs-situs berita dari sumber yang terpercaya. Penting untuk terus memonitoring informasi dari institusi yang diberikan kewenangan oleh pemerintah dalam menyebarluaskan informasi tentang bencana agar terhindar dari berita hoax. Selain itu, informasi juga bisa di dapatkan dari ketua RT dan RW setempat sehingga penting untuk selalu berkoordinasi dengan aparat pemerintah di semua level.

Pada akhirnya diperlukan Kerjasama yang terkoordinasi dari semua stakeholders yang ada terutama di wilayah dengan tingkat kerawanan bencana alam dan tingkat penyebaran Covid-19 yang tinggi. Kita tidak tahu sampai kapan pandemi ini berlangsung. Semua pihak diminta untuk saling membantu sesuai dengan porsi dan kompetensinya masing-masing. Kita berdoa dengan tulus dan penuh pengharapan agar bencana alam tidak menimbulkan korban jiwa maupun harta yang besar di tengah pandemi ini, dan semoga Allah SWT, Tuhan yang maha Kuasa selalu melindungi kehidupan kita. Aaamiin.